Assalamu’’alaikum,,
Dalam suatu acara
pengajiaan, di perkantoran terkisahlah
Salah seorang
karyawan bertanya kepada Ustad pematerinya,
Karyawan : “ustad"
Ustad : “Iya..”
Karyawan : “Boleh
bertanya?” #sambil, malu-malu
tapi mau
Ustad :Iya” jawab Ustad singkat padat jelas, tapi kok keterangannya
panjang banget..wkwkw
Karyawan : Gini, Kasih
tahu gak Ya? Sambil melirik2 jamaah oh jamaah yang
lainnya,,
Gini ustad, rejeki
yang di dapatkan dari jalan Haram apakah dibolehkan tapi dengan dalih tidak
dimakan (duit) tapi dibelikan mobil, rumah, dst..
# Tiba-tiba Kepala Karyawan yang
bersangkutan memotong pembicaraan.
“
Bos : Ustad.. segala
sesuatu sudah di atur oleh Allah dalam Lauh Mahfud kan? Berarti baik kebaikan
dan keburukan itu memang sudah diatur oleh Allah, sehingga yang kita lakukan
adalah berprasangka baik kepadanya,”
#memotong lagi karyawannya
Karyawan : Tapi
Ustad..
Ustad
: hanya tersenyum # tanda
bingung
tanda bingung ,
Suasana ceramah menjadi
panas akibat perbincangan satu arah keduabelah pihak dengan argument
masing-masing, dan sepertinya kedua belah pihak lagi bermasalah, miss komunikasi dalam penggunaan dana
kantor..
Glek,,,!!
#CERITA INI ANGGAP
SAJA FIKTIF YA
Cerita di atas mungkin
merupakan pengalaman, atau bahkan bisa jadi pengamalan , bagi mereka-mereka
yang sudah tidak merasa lagi yang namanya “DOSA”
ya, hingga tak terasa dia sudah hadir
disekitar kita, ataupun mungkin di diri kita,
Mengambil uang yang
bukan milik kita, apakah itu sudah Takdir????
Merasakan DOsa??
Dan sebenarnya saya
pun merasakan atmosfer dosa itu tadi, kok makin tua makin hampir hilang sebagaimana
kita sering dapat kecaman dari kecil oleh orang tua,
Bahwa :
“KALAU sudah
BALIGH, sudah kena dosa dan mulai diCATAT oleh Malaikat..”
Nah kan dari Argumen si Karyawan Tadi, begitu juga Bos yang
mengatasnamakan dosa nya dalam “Takdir yang terlena
Jadi bagaimana kita
menyikapinya?
Nah , pas banget dalam
suatu acara Pengajian yang saya ikuti seorang
peserta bertanya kepada pemateri,
Dan Saya tertegun…
dengan jawaban beliau,
Kenapa?
Karena
Dijawab dengan cerita
doang boz
Wah.. Amazing banget
bro, mudah dicerna , renyah , bandel, Irit, gak rewel.. heee
Oh ya sedikit intermezzo, biasanya kalau mau bikin
cerita apalagi waktu unyu2/anak-anak..
Biasanya selalu dimulai
dengan kata “PADA” betul gak>
Seperti :
“Pada suatu hari
Pada hari senin
Pada suatu musim
Dan titik bengek
lainnya..”
Oke deh, Biar terkesan
beda dan kreatif dikit, jadi ceritanya begini
“Pada suatu hari Sahabat sekaligus keponokan Nabi
Muhammad SAW, Ali bin Abi Thalib menitipkan kudanya kepada seorang anak untuk
dijaganya.
Setelah selesai,
Syaidina Ali begitu terkejut, karena sang anak telah raib entah kemana, dilihat
kudanya..
,
gambar kuda orang
Alhamdulillah masih ada tapi kudanya tanpa pelana.
Kemudian beliau
mencari pelana kuda yang baru ke pasar terdekat
Sampai di sana,
Beliau melihat
pelana yang mirip punya beliau (Bagus sih)
ketika melihat pelana kudanya di salah satu pedagang.
Pedagang mengatakan bahwa pelana kuda itu didapatnya dari seorang anak dengan
harga 20 dirham. Kemudian syaidina ali berkata – sebenarnya Aku hendak
memberinya 20 dirham sebagai upahnya menjaga kudaku. . tapi dia tidak "SABAR."
nah loh?
Dalam surah Al Balad
ayat 7
“dan kami telah menunjukan kepadanya dua
jalan(kebaikan dan keburukan)”
inilah JALAN YANG AKU PILIH..
Allah SWT telah menetapkan rejeki seseorang.
Pada kisah di atas, sang anak telah ditetapkan
rezekinya yakni 20 dirham di hari itu,
tapi sayang beribu sayang si anak Tak sabar
dan memilih
mendapatkan rezekinya yang 20 dirham dengan jalan
yang salah.
Nah begitu juga
dengan rejeki yang dimaksud oleh si BOS takdir tadi ,gimana terjawab?
Silahkan kalau ada
pendapat lainnya